Jumat, 22 Mei 2015
Selamat pagi sobat eMKa Land yang berbahagia, semangat Jumat Ceria, teras”mellykiong” selalu bersama belajar menjadi lebih eling.
Kemarin saya dimintai pendapat oleh sebuah majalah tentang kasus seorang ibu berusia 82 th yg mau dideportasi yg diduga kasus rebutan warisan dengan anaknya. Saya tdk dlm kapasitas menilai kasus itu dr sisi hukum, namun saya juga merasa kalau semua bisa terjadi pasti ada sebabnya, jd ada hikmah yg begitu luar biasa jika kitaa menerapkan Mindful parenting dimensi kedua yg tidak menghakimi. Kalau dilihat dr empati? Ya kita bisa menilai kurangnya empati dr seorang anak, kalau kita lihat sisi welas asih? Ya, welas asih? Kekuatan memiliki materi termasuk warisan jauh lbh kuat dr kekuatan cinta seorang anak pada ibu. Dalam kasus ini kita tdk perlu juga menghakimi anaknya, kita bs jadikan pembelajaran bersama, apakah sbg orgtua selalu memperlihatkan kepada anak yg menjadi target hidup bahagia hanya harta?apakah orgtua pernah mengajari anak hidup selalu berbagi?apakah orgtua mengajari anak bagaimana hidup bersama dengan kasih tanpa saling membandingkan dll.
Semua yang kita lihat sekarang pasti ada Efek dari pola asuh orgtua yg berusia 82 th tsb.
So..apakah kita siap menghadapi kondisi demikian?jika tidak, yuk introspeksi, apakah kita sudah mempraktekkan hidup berbagi sehingga anak sudah bisa mencontoh.
Smile Melly kiong
“Kebahagiaan bukan dari berapa banyak harta yg kita miliki, melainkan berapa banyak kita bisa berbagi”