Jadi teringat 3 tahun lalu, ketika Bp Daoed Joesoef dengan tangannya yang surat sangat berkerut dan gemetar, beliau memberiku sebuah buku lusuh ( tanda sudah lama) yang berjudul”100 tahun RA Kartini”.
Dengan suara yang masih penuh semangat beliau bilang “Melly, baca buku ini dan saya rasa Kartini ada dalam jiwamu”
Tanpa sadar airmata bergulir, betapa seorang bapak yang sangat bijaksana. Beliau sangat mengagumi dan menghargai perjuangan RA Kartini.
Namun sekarang? Para wanitapun sudah melupakan bagaimana perjuangan RA Kartini dengan kebablasan kebablasan yang cenderung menurutkan derajat wanita.
Pakaian yang membalut tubuh wanita tidak lagi yang mencerminkan keanggunan dan harga diri.
Perilaku wanita banyak yang susah kebablasan dengan slogan kebebasan”emansipasi”
Padahal RA Kartini menyuarakan bagaimana “wanita harus cerdas dan mampu mengambil keputusan.Dan kesetaraan hak antara pria dan wanita dalam mendapat pendidikan” itulah emansipasi yang mulia.
Saya terus bercermin, dan akan terus bercermin apakah saya sudah menghayati arti emansipasi sesungguhnya?
Mungkin masih jauh dari kesempurnaan, namun saya berusaha akan terus mengingat jasa RA Kartini yang mengukir hidup kaumku menjadi lbh berarti.
Dan atas nama kaumku, aku mengucapkan terima kasih kepada seluruh pria yang telah memberi kami ruang untuk berkarya, support yang tiada hentinya.
Habis gelap terbitlah terang, adalah motto indah bagi setiap wanita Indonesia.
Salam welas asih
Melly Kiong