Puanas Banget euyyy
Semua Akan Berlalu dan Kembali Sepi

Aku Dapat, Aku Suka, dan Aku Berbagi Bahagia

Sabtu, 27 September 2014 

 

Gerbang Kebahagiaan

 

Apapun keseharian manusia, bersekolah, bersawah, bekerja, berdoa, sampai olah spiritual, hampir semuanya menyebut kebahagiaan sebagai tujuan yg dicari. Kebanyakan orang mengidentikkan kebahagiaan dengan terpenuhinya keinginan. Makan enak, tidur nyenyak, rekreasi ke tempat indah sampai wisata spiritual ke tempat suci, semuanya masuk dalam klasifikasi ini. 

 

Ciri utama kebahagiaan jenis ini adalah ia berumur pendek, menimbulkan kemelekatan, kemudian menjadi hulu penderitaan. Runtutan logikanya sederhana, diawali dengan keinginan yang minta dipenuhi. Sekali dipenuhi, ia minta lagi dalam kadar yang lebih tinggi. Keinginan yang semakin tinggi yang tidak tercapai akan menimbulkan kekecewaan. 

 

Ini menjelaskan kenapa bantak orang kaya menderita. Orang kaya menderita bukan karena kekurangan uang, tapi berharap berlebihan dari uangnya, berharap dengan uang maka semua orang hormat, semua waktu indah. Tentu saja tidak bisa dipenuhi di semua keadaan sehingga akhirnya menimbulkan kekecewaan. 

 

Siapa saja yang sudah menemukan bahwa betapa labilnya keinginan, betapa bahayanya keinginan yang berlebihan, akan menemukan kebahagiaan. Apa yang dicari dan dikejar segera bisa ditemukan di dalam diri dengan sebuah syarat sederhana, yaitu berkecukupan. 

 

Merasa berkecukupan itulah kekayaan yan agung dan akan menjadi langkah penting menuju pencerahan. Rasa berkecukupan akan membimbing orang-orang jenis ini memasuki gerbang kesempurnaan. Jalalludin Rumi adalah salah seorang yang sudah sampai di sini. 

 

Perhatikan salah satu puisinya: “Hidup itu serupa tinggal di losmen. Tiap hari tamunya berganti. Dan siapa pun tamunya jangan pernah lelah untuk tersenyum.

 

“Bunda Teresa juga sudah sampai di sini, perhatikan salah satu warisannya: “Bila mau berkontribusi pada kedamaian dunia, pulang sayangi keluarga.

 

“YM Dalai Lama serupa, perhatikan intisari ajarannya: “Yang terpenting banyaklah menolong, bila tidak bisa menolong, cukup tidak menyakiti.” 

 

Sumber: “Cahaya Kedamaian” (Gede Prama)